NEWSLETTER JERAT PAPUA Edisi II 2015 Hal. 6 AIDS tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual. Seks berisiko di antaranya adalah pemuasan nafsu di lokasi prosti- tusi. “Tidak tanggung-tanggung risiko penularan AIDS dari hub- ungan seks berisiko ini mencapai 67 persen,” katanya. Edukasi Lemah Kasus HIV AIDS di Papua masih tinggi dan memprihatinkan. Selain edukasi yang lemah, ternyata ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi tingginya angka penderita seperti banyaknya Pekerja Seks Komersial (PSK) asal daerah lain yang berdomisili di Papua. Begitu disampaikan Executive Di- rector Indonesian Business Coali- tion on AIDS (IBCA) Ramdani Sirait. “Banyak orang non Papua yang ketahuan tes darah dan posi- tif, tercatat tinggal di Papua. Salah satunya adalah PSK yang berasal dari daerah lain seperti Jawa Bar- at, Jawa Timur dan sebagainya,” kata Dani. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan hingga September 2014, jumlah kumulatif HIV dan AIDS di Papua masing-masing 16.051 dan 10.184 kasus. Sedangkan data Komisi Penanggulangan AIDS Nasional menyebutkan, prevalensi penularan HIV AIDS di Papua turun menjadi 2,3 persen pada 2013 dari pendataan terakhir 2007 yang men- capai 2,4 persen. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, drg Aloysius Giay menga- takan, kasus HIV AIDS pertama kali ditemukan di Papua pada 1996, dan dalam jangka waktu 18 tahun, angka ini telah meningkat sangat tajam. “Dari jumlah itu, 1.229 orang dian- taranya telah meninggal dunia. Khu- sus untuk wilayah adat Meepago, yang meliputi Nabire, Paniai, Do- giai, Deiyai, Mimika dan Intan Jaya, jumlah kasus HIV AIDS mencapai 6.984, 446 di antaranya telah meninggal,” ujarnya. Angka ini, kata dia, diperkirakan masih jauh lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya, karena ada sejumlah kabupaten yang belum me- masukkan data. “Sesuai perkiraan paling konservatif dari Dinas Kesehatan Papua, ada sekitar 25.000 orang yang telah terkena HIV AIDS di Papua. Ini berarti masih ada 7.361 yang harus ditemukan,” ujarnya. Statistik menunjukkan bahwa ke- lompok umur yang paling banyak terinfeksi HIV AIDS adalah usia 15 – 49 tahun, yang merupakan usia produktif. Orang asli Papua menderita HIV AIDS lebih ban- yak dibandingkan masyarakat pendatang. Menurutnya, HIV AIDS adalah ancaman sangat serius bagi Pa- pua. Pencegahan yang dapat dil- akukan adalah setia dengan pasangan, dan mampu menahan diri untuk tidak melakukan hub- ungan seksual berganti-ganti pasangan. Jayapura Di Jayapura, Ketua KPA Kota Jayapura, Dr. Nur Alam, M.SI mengatakan, data dari Badan Pusat Statistik Kota Jayapura, sebanyak 2,3 persen penduduk Kota telah dinyatakan terkena HIV AIDS. Bahkan untuk tahun 2014 lalu, terhitung dari Januari sampai April telah ditemukan 1000 lebih kasus baru HIV AIDS. Para PSK yang dipulangkan Senin (8/5) dengan menggunakan Pesawat Ekspress Air dari Bandara Wamena. Foto : Jubi/Islami