NEWSLETTER JERAT PAPUA Edisi II 2015 Hal. 8 harga BBM ini. Manakala cuaca buruk, harganya bisa melonjak tajam. “Harga BBM Rp 50.000 paling murah, bahkan kalau cuaca jelek bisa Rp 100.000- 150.000 per liter,” ujarnya. Kondisi ini berimbas pada investasi. Tingginya har- ga BBM menjadi salah satu penyebab minimnya in- vestor yang mau menanamkan dananya. Sebab, BBM masuk salah satu komponen penting dalam produksi dan operasional. Ferrianto menjelaskan, untuk mengatasi masalah ter- sebut, pemerintah perlu memberi transportasi murah dengan tarif yang disubsidi. Jika menunggu infra- struktur maka harga akan tetap mahal hingga 15 ta- hun mendatang. “Kita minta ada kekhususan, fasili- tas angkutan murah untuk BBM dan produk yang disubsidi oleh pemerintah. Kalau begini dalam 4 ta- hun ekonomi akan tumbuh.” Selain pengembangan transportasi, pemerintah juga dituntut untuk mengembangkan SDM di Papua. Hal ini dibutuhkan untuk menyeimbangi kemajuan ekonomi yang nantinya terjadi. “SDM itu kan pelaku pembangunan, memang ada beberapa tingkatan,” tuturnya. Ia mengakui saat ini Kadin sudah mulai bekerjasama dengan Pemda dan masyarakat sekitar untuk meningkatkan kualitas. Hal ini juga dibutuhkan agar potensi ekonomi dan alam Papua bisa tergarap dan memberikan keuntungan. Sementara itu, Ketua Pokja Infrastruktur Kawasan Timur Indonesia Kadin Ikhwanuddin mengatakan investasi yang selama ini masuk ke Papua didominasi uang pemerintah sendiri. “80 persen in- vestasi di Indonesia Timur itu masih berasal dari pemerintah,” kata Ikhwanuddin. Investor juga tak tertarik masuk ke Papua karena ma- salah perizinan berbelit. Karena itu, percepatan per- izinan menjadi salah satu kunci untuk mendorong investasi sekaligus pembangunan di Papua. Jerman Ingin Bangun Papua Di tempat terpisah, Wakil Presiden Jusuf Kalla menerima kunjungan Duta Besar Jerman untuk Indo- nesia, Georg Witschel di kantor wapres, Jl. Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, baru-baru ini. Georg mengatakan, bersama wapres Jusuf Kalla, dirinya berdiskusi banyak hal yang menjadi prioritas kerja sama kedua negara. “Kami diskusi cukup pan- jang. Yang jadi prioritas untuk Jerman adalah keamanan maritim, pembajakan, dan ilegal fishing. Kedua, komit- men yang bisa kami lakukan untuk Papua dan Aceh,” kata Witschel. Menurut dia, pemerintah Jerman akan membangun be- berapa fasilitas di Indonesia, utamanya di wilayah timur dan barat Indonesia. “Kami akan membangun rumah sa- kit, atau kami bisa lakukan lebih untuk Papua, seperti proyek investasi terutama pabrik petrochemical di Papua Barat. Ini bagian dari isu daerah yang mau kita kem- bangkan,” ungkapnya. Wapres JK, menurut Witschel, memberi sambutan posi- tif terhadap rencana kerja sama kedua negara di masa mendatang. Wapres JK, lanjut Witschel, berjanji akan menjadi fasilitator pengembangan kerja sama dengan Jerman di Papua. Freeport Salah satu yang membuat Papua tidak berkembang yak- ni, kekayaan alam di Bumi Cenderawasih tak dinikmati seluruhnya oleh pemilik tanah. Sebut saja pertambangan Freeport yang sampai hari ini tak memberi keuntungan lebih bagi Papua. Sejak 1967, PT Freeport menikmati hasil yang dibawa ke Amerika Serikat. Perusahaan tambang yang berafili- asi ke Freeport-McMoRan itu tak henti menambang emas, perak, dan tembaga. Selama hampir setengah abad kehadiran Freeport di Pa- pua, bahkan kerap memunculkan pelbagai masalah. Mu- lai dari setoran ke negara yang dinilai masih sangat ren- dah, hingga alasan menyiasati larangan ekspor bahan mentah. Mama Papua Jualan di tanah di Pingir jalan Abe-Sentani