NEWSLETTER JERAT PAPUA Edisi II 2015 Hal. 7 Ia mengungkapkan bahwa dari 3000 kasus yang ditemukan KPA Kota Jayapura, 75% pada usia produktif (usia 15-18 tahun). Faktor penyebabnya adalah 99 % karena seks bebas. Di kasus terakhir, bahkan ditemukan sebanyak 19 orang anak terinfeksi HIV AIDS. Anak tersebut beru- sia 5 hingga 9 tahun sebanyak 15 orang, dan sisanya berusia 10 hingga 14 tahun. Menurut Nur Alam, data tersebut diperoleh dari Ru- mah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dok II Jayapura, pada akhir 2014. Dan hingga kini, pihak KPA Kota Jayapura masih menelusuri penyebab terinfeksinya para bocah tersebut. Salah satu bocah diduga tertular melalui transfusi darah. “Beberapa hari yang lalu saya turun langsung ke unit-unit donor darah, dan saya sampaikan kepada petugas di unit tentang infor- masi 19 anak yang terinfeksi ini,” ujarnya. Nur Alam melanjutkan, pihaknya belum bisa mengklaim bahwa transfusi darah sebagai penyebab- nya. Pasalnya, karena saat ini Unit Transfusi Darah Kota Jayapura telah dilengkapi alat deteksi dini atau screening darah secara cepat terhadap penyakit dasar yang bisa saja ditemui dalam darah para pendonor, salah satunya HIV AIDS. “Saya ambil contoh kasus 2005 di Kota Sentani, Kabu- paten Jayapura, ada sebuah kasus seorang bayi di vonis ODHA, sementara kedua orang tuanya dinyatakan negatif. Saat itu alasan orang tuanya bahwa sang bayi terinfeksi melalui transfusi darah, tapi PMI memang saat itu belum memiliki alat deteksi (screaning), ber- beda dengan sekarang yang sudah ada,” katanya. Alat bernama screening darah itu bisa melakukan de- teksi dini dalam tempo relatif cepat untuk mendeteksi penyakit berbahaya termasuk HIV dan AIDS. Selanjutnya melihat fenomena 19 bocah yang tertular HIV dan AIDS, Nur Alam menyarankan seluruh masyarakat Kota Jayapura mesti memberanikan diri menjalani tes VCT. Selain melakukan VCT, tambah Nuralam, dibutuhkan sebuah kejujuran dari seorang pendonor saat akan me- nyumbangkan darahnya. “Biasanya saat pendonor sebelum diambil darahnya. Dia wajib mengisi formulir yang disiapkan petugas. Dalam formulir itu ada salah satu pertanyaan apakah pernah berhubungan badan bukan dengan pasangan kita di tiga bulan terakhir. Nah disini kita dituntut harus jujur dalam mengisinya,” tandas Nuralam. (Jerry Omona : Dari berbagai sum- ber) Bukan rahasia lagi, pem- bangunan di kawasan Timur Indonesia tak secepat wilayah bar- at. Warga Papua sering mengeluh- kan kondisi ini pada pemerintah pusat, namun belum terlihat hasil- nya. Koordinator Pokja Infrastruktur Kawasan Timur Indonesia Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Ferri- anto Djais mengaku memahami persoalan lambannya pem- bangunan di pulau cenderawasih. Menurutnya, pembangunan di Pa- pua tidak berjalan cepat karena hanya bersifat sektoral. Seharusnya pemerintah mencanangkan pem- bangunan terintegrasi. Tidak hanya membangun infrastruktur, pemerintah juga mesti memperkuat sumber daya manusia (SDM) dan membangun perekonomian daerah. “Misalnya di Sorong, (disana) in- frastruktur hebat, tapi ketika con- tainer masuk ke Sorong, ternyata baliknya kosong. Pemerintah harus mengembangkan ekonomi, per- tanian dimajukan juga,” katanya. Untuk membangun perekonomian, pemerintah sejatinya menciptakan produksi, proses dan marketing. “Pendekatan selama ini sektoral, sifatnya masing masing,” ucapnya. Presiden Joko Widodo berulang kali menginjakkan kaki dan ber- temu langsung dengan rakyat Pa- pua. pemerintah menjanjikan mem- percepat pembangunan Papua. Kini, rakyat Papua menunggu realisasi janji manis presiden. Ferrianto Djais mengakui hingga saat ini ekonomi Papua masih mandul. Pa- dahal, pembangunan Papua sudah menjadi fokus pemerintah sejak 1980. “Di Sumatera dan Jawa, kita bangun jalan dalam 2-3 hari, ada orang jualan, orang langsung bangun rumah. Di Pa- pua tidak,” katanya. Ferrianto menambahkan, salah satu barang yang harganya sangat mahal di Papua adalah bensin Premium. Dalam kondisi normal, harga BBM jenis premium bisa tujuh kali lipat dari harga yang berlaku di Pulau Ja- wa. Kondisi cuaca ikut mempengaruhi